Monday, August 22, 2016

Sesuatu yang Allah takdirkan jadi milikmu, akan datang pada waktu yang tepat.

Assalamualaikum. Mumpung lagi ngga bisa tidur, lanjut ngeblog lagi lah. Kali ini aku mau membahas masalah takdir. Berawal dari kejadian hilangnya handphone suami kemarin. Itu handphone padahal punya kantor, udah terbayang-bayang aja harus ganti. Lumayan pula sekitar 3 jutaan harganya (bisa dapet kambing gemuk buat qurban).

Belum lagi foto, video Arkan yang lucu-lucu dan data-data lainnya. Tetapi entah kenapa kok rasanya ngga hilang itu handphone, biasanya kalau aku akan kehilangan sesuatu yang berharga begitu dapat kabar langsung ngga enak hati. Kali ini ngga, ya pasrah aja gitu.

"Toh handphone dan data-datanya ngga dibawa mati juga. Lagian kalau memang masih rejeki akan balik juga"

Dan benar saja, ketika malam tiba, ada yang misscall dan ngabarin kalau dia menemukan handphone suami. Alhamdulillah. Memang sesuatu yang Allah takdirkan masih dititipkan ke kita akan tetap kembali walaupun sempat hilang.

Dan dari kejadian ini entah kenapa aku berfikir, segala sesuatu di dunia ini milik Allah semata. Kalau saat ini kita diberi kepemilikan sementara, jangan sombong. Karena segala sesuatunya bisa Allah ambil kembali kapanpun Allah mau.

Pun ketika kita belum mendapatkan yang kita mau, seperti jodoh, rumah, mobil, anak, jabatan, gaji dan sebagainya. Sabarrrr.... Coba lakukan 3 hal:
1. Muhasabah
Coba kita pikirkan kembali, apakah memang kita sudah benar-benar siap menerima rezeki tersebut? Apakah kita memang pantas untuk diberi rezeki tersebut? Adakah dosa-dosa atau hal-hal yang harus diperbaiki terlebih dahulu karena menghambat pemberian rezeki dari Allah? Ataukah memang ini adalah ujian kesabaran yang diberikan oleh Allah SWT untuk menguji kesungguhan kita menjemput rezekiNya?

2. Ikhtiar
Keinginan tanpa usaha = ngayal namanya. Harus ada ikhtiar atau usaha untuk menjemput rezekinya. Misal jika kita ingin sesegera mungkin menjemput jodoh. Coba difikirkan saja, apa mungkin jika kegiatan kita hanya berkutat tidur, bangun, mandi, makan, buang air, kuliah/kerja, berulang seterusnya, tanpa ada usaha konkrit seperti bikin CV buat taaruf dan ikut kajian pra pernikahan dsb, kita akan bertemu jodoh? Well, mungkin saja. Tapi berapa banyak yang kayak gini? One in a million. Alias sangat jarang. Jangan fikir nyari jodoh itu seperti film-film korea. Lagi tugas dinas tiba-tiba ketemu lelaki ganteng nan hebat lalu sama-sama jatuh cinta dan berharap kelak berujung kepelaminan. Atau ngga sengaja ketemu lelaki kaya yang kamu akuin jadi suami, lalu kalian jatuh cinta dan akhirnya jadi suami beneran? Hati-hati bisa jadi kalian kena Cinderella Syndrome (cek google aja ya buat tau ini apa).

3. Tawakkal
Yakin deh, Allah tahu waktu yang terbaik untuk kita mendapatkan sesuatu yang ingin kita miliki. Dan sekalipun kita tidak mendapatkan keinginan kita, akan Allah ganti dengan skenario yang lebih indah.

Sedikit pengalaman pribadi, sejak lulus tahun 2013 aku berusaha mencari kerja tapi tidak dapat-dapat. Ada saja halangannya. Qadarullah ternyata suami memang menginginkan aku menjadi ibu rumah tangga dan membebaskan aku melakukan apapun yang aku suka selama masih dalam koridor syariat. Walau sempat ada saat-saat dimana aku lelah sekali mengurus anak, dan rasanya ingin gantian saja sama suami, suami urus anak, aku yang kerja. Namun sekarang alhamdulillah aku malah bersyukur bisa menjadi ibu rumah tangga, menjadi orang pertama yang melihat milestones anaknya satu persatu tercapai dengan indahnya. Dan menjadi ibu rumah tangga artinya aku bisa bebas melakukan hobi atau mencoba hal-hal baru. Seperti decoupage yang lagi hits dikalangan ibu-ibu yang kukenal. Akupun bisa dengan bebas menonton kajian-kajian atau cooking class via YouTube. Bisa bebas belajar tentang islam. Walaupun tetap dengan segudang perjuangan (ngurus rumah, anak dan suami). Tapi harga yang harus dibayar sungguh sepadan dengan perjuangannya. Lalu, apakah dulu aku pernah membayangkan ada kebahagiaan menjadi ibu rumah tangga? Tidak. Kebahagiaan versi diriku yang dulu adalah bisa keterima kerja di Google, lalu ambil S2 IT, publish thesis as international journal, gaji besar dan bisa membahagiakan orangtua. Well, I'm not giving up on my dreams. It just changed, in a better way. Sekarang, main objective ku adalah bagaimana keluarga kecil kami (yang insya Allah akan menjadi besar) bisa masuk surga semua. Tujuannya bukan cuma dunia, namun juga akhirat. Its a better plan isnt it?

Thats why, you should have faith in Allah plans. Kita ngga pernah tahu, kebahagiaan macam apa yang sudah Allah persiapkan untuk kita.

Kalau saat ini belum punya jodoh, sabarrrr... Mungkin dirimu dan dirinya sedang diperbaiki situasi dan kondisinya, sehingga ketika kalian bersatu kelak, kalian mendapatkan yang terbaik dari masing-masing kalian.

Kalau saat ini belum diberi momongan, sabarrrr... Mungkin Allah sedang mempersiapkan kalian untuk menjadi orangtua yang terbaik untuk kalian. Kalian diberi waktu persiapan untuk belajar ilmu-ilmu yang akan kalian gunakan saat ujian kehidupan. Mungkin juga Allah sedang mempererat hubungan kalian, membangun pondasi yang kokoh sehingga ketika buah hati itu hadir, kalian sudah menjadi tim yang solid untuk bersama-sama membangun peradaban. Mungkin juga Allah ingin kalian belajar Islam dengan lebih baik lagi, karena kelak buah hati kalian akan menjadi pemimpin Islam yang hebat yang tentu butuh ilmu yang luas dari orangtua, madrasah pertama seorang anak.

Kalau saat ini belum diberi rumah, sabarrrr... Mungkin saat ini Allah sedang mengupgrade kualitas diri kalian agar ketika saatnya memiliki rumah sendiri, kalian sudah memiliki ilmu dan siap menghadapi berbagai macam permasalahan yang mungkin datang. Mungkin saat ini Allah sedang mempersiapkan rumah dan lingkungan yang terbaik untuk kalian, namun menyiapkannya membutuhkan waktu.

Kalau saat ini belum diberi kendaraan, sabarrrr... Mungkin saat ini Allah sedang mengupgrade kualitas diri kalian agar kalian bisa berkendara dengan baik dan aman ketika kelak memiliki kendaraan sendiri. Mungkin saat ini Allah sedang memberi kalian kesempatan untuk bersedekah atau berbuat baik selama perjalanan kalian (memberi tempat duduk untuk ibu hamil misalnya).

Kalau saat ini ada keinginan kalian yang belum tercapai, sabarrrr...
Muhasabah lah, ikhtiar lah, dan tawakkal lah. Karena Allah adalah sebaik-baik perencana. Bersabarlah ketika ujian datang menerpa. Bersabarlah ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai kehendak kita.

Ingat. Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya.
Ingat. Rencana Allah pasti yang terbaik.
Ingat. Keputusan itu hanyalah bagi Allah. [Yusuf 12:67]

Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Jakarta, 23 Agustus 2016
Miranty Lestari

Ikhwah fillah. Inilah dosa-dosa kecil yang sering kita lakukan tanpa sadar.

Assalamualaikum. Sudah lama aku ngga nulis blog, entah kenapa ditengah kegelapan malam lagi dapat inspirasi saja buat nulis tentang ini. Berawal dari postingan seorang saudara-karena-Allah di sebuah grup isi emak-emak yang memposting instagram onlineshop yang jual ebook anak2 impor. Harganya amat sangat terjangkau, 5 ribu saja perjudul. Buat emak-emak doyan diskonan+barang-barang murah macam aku, pasti ingin rasanya langsung memborong dan memprint sendiri. Lumayan buat buku bacaan anak dirumah. Tetapi....................

Halalkah jual beli ini? Adakah hak orang lain yang aku langgar dalam jual beli ini? 

Ya. Ada. Hak cipta dari pembuat buku tersebut. Setiap yang pernah menulis tentu tahu bagaimana sulitnya membuat suatu tulisan (atau bahkan buku). Perlu inspirasi, perlu effort untuk menulis, perlu mood yang tepat saat menulis, dan perlu perjuangan untuk buku tersebut di acc oleh editor dan diterbitkan, terlebih buku-buku impor dimana standar yang diterapkan tentu lebih berat dibanding buku yang hanya beredar di pasar nasional.

Lalu apakah kita sampai hati untuk menghargai jerih payah sang pencinta buku hanya dengan 5 ribu rupiah saja per judul? Itu pun belum tentu masuk ke rekening sang pencipta buku, bisa jadi hanya masuk ke rekening sang penjual onlineshop saja. Bukan suudzon, namun amat sangat tidak masuk diakal jika buku yang biasanya dihargai ratusan ribu rupiah, kemudian dijual hanya 5 ribu rupiah saja per judul, bagaimana mungkin ini legal? Satu-satunya cara yang terpikirkan olehku hanya buku-buku ini discan lalu hasil scan tersebut baru dijual. Wallahu alam.

Belum lagi masalah dosa. Sependek yang aku tahu, memakai, menjual, membeli, memproduksi barang kw itu dosa. Karena melanggar hak cipta sang pembuat barang. Tentu kita tidak mau kan jika di akhirat nanti ternyata timbangan kita yang tadinya lebih condong ke arah surga, jadi lebih condong kearah neraka. Hanya karena sang pemilik hak cipta datang meminta pertanggungjawaban kita karena turut menyuburkan praktik pembajakan hak cipta?

Terlebih jika kita membeli buku tersebut atas dasar INGIN bukan BUTUH. Semoga sedikit tulisanku ini bisa menyadarkan banyak orang untuk mulai menghindari pelanggaran hak cipta orang lain. Tidak hanya terbatas pada buku, namun juga pada barang-barang secara keseluruhan. Karena yang kecil akan menjadi besar dan yang sedikit akan menjadi banyak jika dilakukan bersama-bersama.

Wassalamualaikum.
Jakarta, 23 Agustus 2016
Miranty Lestari